BLENDED LEARNING
Sebenarnya apa
sih blended learning itu?
Dan, bagaimana blended learning ini
membantu kita dalam proses pengajaran?
Dari asal katanya, blended
learning atau program
pengajaran yang dipadukan. Di kita ada yang menyebutnya program pengajaran
bauran atau pengajaran terpadu. Apapun istilahnya, esensi dari blended
learning adalah
mengkombinasikan antara pertemuan secara luring – atau pertemuan tatap muka –
dengan pertemuan daring yang menggunakan teknolgi. Lintas ruang, jarak dan
waktu.
Proses
ini tidak serta merta bisa kita sebut dengan blended learning ketika
ada 2 elemen itu. Dua elemen itu baik yang luring dan daring harus
diintegrasikan dengan sangat baik sehingga menghadirkan aspek pedagogik yang
berkesinambungan antara satu dengan yang lainnya.
Konsepnya sederhana. Ada
hal-hal yang bisa kita sampaikan dengan platform daring
tapi ada juga memang perlu adanya pertemuan secara langsung.
Secara esensi ada 3
hal yang perlu kita perhatikan saat akan merancang program
dengan blended
learning.
Yang
pertama,
program blended
learning ini harus memungkinkan terjadinya interaksi yang
positif antara instruktur dan murid. Jadi harus selalu ada kontinuitas
interaksi. Tidak bisa hanya sekedar ada video, kemudian tidak ada interaksi
antara guru dengan murid. Setelah menonton video murid tidak mendapatkan umpan
balik. Tidak ada sesuatu yang membuat murid ini akhirnya melakukan proses
berpikir dan seterusnya.
Maka interaksi ini menjadi
salah satu poin kunci ketika kita akan menerapkan blended learning.
Yang
kedua,
Dalam proses blended
learning, karena ada bagian yang dilakukan secara daring, maka kita
sebagai instruktur kita perlu memberikan proses pendampingan yang berkesinambungan
dengan murid.
Tidak jarang murid itu
mengalami kesulitan, tidak jarang murid mengalami hambatan ketika mengikuti
proses pengajaran dengan sistem blended learning. Maka
sebagai instruktur kita perlu secara reguler menanyakan. Untuk kemudian
memberikan pendampingan kepada murid-murid kita.
Yang
Ketiga,
Integrasi antara pertemuan
daring dengan pertemuan luring. Sebisa mungkin proses ini harus terjadi dengan
sangat minim jarak. Maksudya tidak ada perbedaan yang sangat signifikan. Jadi
jangan sampai proses luring nya tidak berkaitan sama sekali dengan proses
daringnya. Dan sebaliknya, jangan sampai proses belajar daring tidak berkaitan
dengan proses luring.
Contoh
misalnya,
Ketika dalam proses belajar
daring murid dan kita menggunakan teknologi tertentu yang memicu interaksi di
sana, tapi kemudian saat pertemuan luring tidak sama sekali membahas atau
berkaitan dengan proses daring yang sebelumnya. Tidak ada refleksi terhadap
pertemuan daring nya. Tidak ada proses diskusi lebih lanjut, dan seterusnya.
Sumber | : | Anggayudha (Aye), Sekolah.mu, Head of teacher development, IG: @ayesaja |
Penulis | : | Putri Rizki Dian Lestari |
Komentar
Posting Komentar